Tak Berkategori

A. 4. 1

Memahami makna al-Asmā’u al-¦usnā: al-Karim, al-Mu’min, al-Wakil, alMatin, al-Jāmi’, al-‘Adl, dan al-Ākhir. Mari pelajari dan pahami satu-persatu
asmā’ul husna tersebut!

  • Al-Karim
    Secara bahasa, al-Kar³m
    mempunyai arti Yang Mahamulia,
    Yang Maha Dermawan atau Yang
    Maha Pemurah. Secara istilah,
    al-Kar³m diartikan bahwa Allah
    Swt. Yang Mahamulia lagi Maha
    Pemurah yang memberi anugerah
    atau rezeki kepada semua makhlukNya. Dapat pula dimaknai sebagai
    Zat yang sangat banyak memiliki
    kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi
    Nikmat dan keutamaan, baik ketika
    diminta maupun tidak. Hal tersebut
    sesuai dengan firman-Nya:
    Artinya: “Hai manusia apakah yang telah memperdayakanmu terhadap
    Tuhan Yang Maha Pemurah?” (Q.S. al-Infi¯ār:6)
    Al-Kar³m dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa memberi,
    tidak pernah terhenti pemberian-Nya. Manusia tidak boleh berputus asa dari
    kedermawanan Allah Swt. jika miskin dalam harta, karena kedermawananNya tidak hanya dari harta yang dititipkan melainkan meliputi segala hal.
    Manusia yang berharta dan dermawan hendaklah tidak sombong jika telah
    memiliki sifat dermawan karena Allah Swt. tidak menyukai kesombongan.
    Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta melimpah maupun tidak
    dianugerahi harta oleh Allah Swt., keduanya harus bersyukur kepada-Nya
    karena orang yang miskin pun telah diberikan nikmat selain harta.
    Al-Kar³m juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt.
    memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada
    Allah Swt., kemudian hamba itu mau bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba
    yang berdosa, Allah Swt. adalah Yang Maha Pengampun. Dia akan mengampuni
    seberapa pun besar dosa hamba-Nya selama ia tidak meragukan kasih sayang
    dan kemurahan-Nya.
    Menurut imam al-Gazali, al-Kar³m adalah Dia yang apabila berjanji,
    menepati janjinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli
    berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia
    memohon kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil
    hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan
    berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.

  • Al-Mu’min
    Al-Mu’m³n secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran,
    ketenangan hati, dan aman. Allah Swt. al-Mu’m³n artinya Dia Maha Pemberi
    rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan
    begitu, hati manusia menjadi tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai
    permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang
    memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah,
    takut, dan cemas. Perhatikan firman Allah Swt. berikut!
    Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
    mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman
    dan mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. al-An’ām/6:82)
    Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan namaNya al-Mu’m³n, berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari
    fitnah, bencana dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberikan keamanan,
    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 7
    Dia yang Maha Pengaman. Dalam nama al-Mu’m³n terdapat kekuatan yang
    dahsyat dan luar biasa. Ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan
    (insurense), dan ada bala bantuan.
    Berżikir dengan nama Allah
    Swt. al-Mu’m³n di samping menumbuhkan dan memperkuat
    keyakinan dan keimanan kita, bahwa
    keamanan dan rasa aman yang
    dirasakan manusia sebagai makhluk
    adalah suatu rahmat dan karunia
    yang diberikan dari sisi Allah Swt.
    Sebagai al-Mu’m³n, yaitu Tuhan
    Yang Maha Pemberi Rasa Aman
    juga terkandung pengertian bahwa
    sebagai hamba yang beriman,
    seorang mukmin dituntut mampu
    menjadi bagian dari pertumbuhan
    dan perkembangan rasa aman
    terhadap lingkungannya.
    Mengamalkan dan meneladani al-Asmā’u al-¦usnā al-Mu’m³n, artinya
    bahwa seorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada di sekelilingnya
    aman dari gangguan lidah dan tangannya. Berkaitan dengan itu, Rasulullah
    saw. bersabda: “Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi
    Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya, ‘Siapa ya Rasulullah saw.?’
    Rasulullah saw. menjawab, ‘Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari
    gangguannya.’” (H.R. Bukhari dan Muslim).

  • Al-Wakil
    Kata “al-Wak³l” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wak³l
    (Yang Maha Mewakili atau Pemelihara), yaitu Allah Swt. yang memelihara
    dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia
    maupun urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan
    hambanya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai. Firman-Nya dalam alQur’ān:
    Artinya: “Allah Swt. pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara
    atas segala sesuatu.” (Q.S. az-Zumar/39:62)


    Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada
    Allah Swt., akan memiliki kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan
    sebaik-baiknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh hamba yang mengetahui
    bahwa Allah Swt. yang Mahakuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang
    dapat dipercaya oleh para hamba-Nya. Seseorang yang melakukan urusannya
    dengan sebaik-baiknya dan kemudian akan menyerahkan segala urusan
    kepada Allah Swt. untuk menentukan karunia-Nya.
    Menyerahkan segala urusan
    hanya kepada Allah Swt. melahirkan
    sikap tawakkal. Tawakkal bukan
    berarti mengabaikan sebab-sebab
    dari suatu kejadian. Berdiam
    diri dan tidak peduli terhadap
    sebab itu dan akibatnya adalah
    sikap malas. Ketawakkalan dapat
    diibaratkan dengan menyadari
    sebab-akibat. Orang harus berusaha
    untuk mendapatkan apa yang
    diinginkannya. Rasulullah saw.
    bersabda, “Ikatlah untamu dan
    bertawakkallah kepada Allah Swt.”
    Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah sebuah doa yang
    aktif dan harapan akan adanya pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman yang
    artinya, “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Swt. Tuhan
    kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala
    sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.“
    (Q.S. al-An’ām/6:102)
    Hamba al-Wak³l adalah yang bertawakkal kepada Allah Swt. Ketika hamba
    tersebut telah melihat “tangan” Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan
    segala sesuatu, dia menyerahkan seluruh hidupnya di tangan al-Wak³l.

  • Al-Matin
    Al-Mat³n artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah Mahasempurna dalam
    kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya. Allah
    Swt. juga Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat
    al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang
    tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah Swt. yang memiliki rahmat
    dan azab terbukti ketika Allah Swt. memberikan rahmat kepada hambahamba-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba
    kepada sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah
    pembalasan-Nya.
    Sumber: httpwww.republika.co.idberitaramadhan
    ustadz-siaga110825lqh6jw-berdoa-cepat-dikabulkan

    Seseorang yang menemukan
    kekuatan dan kekukuhan Allah
    Swt. akan membuatnya menjadi
    manusia yang tawakkal, memiliki
    kepercayaan dalam jiwanya dan
    tidak merasa rendah di hadapan
    manusia lain. Ia akan selalu merasa
    rendah di hadapan Allah Swt. Hanya
    Allah Swt. yang Maha Menilai. Oleh
    karena itu, Allah Swt. melarang
    manusia bersikap atau merasa lebih
    dari saudaranya. Karena hanya Allah
    Swt. yang Maha Mengetahui baik
    buruknya seorang hamba. Allah
    Swt. juga menganjurkan manusia bersabar. Karena Allah Swt. Mahatahu apa
    yang terbaik untuk hamba-Nya. Kekuatan dan kekukuhan-Nya tidak terhingga
    dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya
    upaya. Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah Swt. tidak terkalahkan dan tidak
    tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah Swt? Tidak
    ada satu makhluk pun yang dapat menundukkan Allah Swt. meskipun seluruh
    makhluk di bumi ini bekerja sama. Allah Swt. berfirman:
    Artinya: “Sungguh Allah Swt., Dialah pemberi rezeki yang mempunyai
    kekuatan lagi sangat kukuh.” (Q.S. aż-Żāriyāt/51:58)
    Dengan demikian, akhlak kita terhadap sifat al-Mat³n adalah dengan
    beristiqamah (meneguhkan pendirian), beribadah dengan kesungguhan hati,
    tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus
    asa serta bekerja sama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat.

  • Al-Jāmi’
    Al-Jāmi’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun,
    yaitu bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu
    yang tersebar atau terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa yang
    dikehendaki-Nya dan di mana pun Allah Swt. berkehendak.
    Sumber: httpwww.rimanews.comread201012138952
    mengembalikan-fungsi-hakim-sebagai-penegakkeadilan
    Gambar 1.5

    Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah
    mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia
    dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan
    mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Allah Swt. berfirman:
    Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia
    untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”.
    Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyalahi janji.”(Q.S. Ali Imrān/3:9).
    Allah Swt. akan menghimpun manusia di akhirat kelak sama dengan orangorang yang satu golongan di dunia. Hal ini bisa dijadikan sebagai barometer,
    kepada siapa kita berkumpul di dunia itulah yang akan menjadi teman kita di
    akhirat. Walaupun kita berjauhan secara fisik, akan tetapi hati kita terhimpun,
    di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Begitupun sebaliknya
    walaupun kita berdekatan secara fisik akan tetapi hati kita jauh, maka kita
    juga tidak akan berkumpul dengan mereka.
    Oleh sebab itu, apabila di dunia
    hati kita terhimpun dengan orangorang yang selalu memperturutkan
    hawa nafsunya, di akhirat kelak kita
    akan berkumpul dengan mereka di
    dalam neraka. Karena orang-orang
    yang selalu memperturutkan hawa
    nafsunya, tempatnya adalah di neraka.
    Begitupun sebaliknya, apabila
    kecenderungan hati kita terhimpun
    dengan orang-orang yang beriman,
    bertakwa dan orang-orang saleh,
    di akhirat kelak kita juga akan
    terhimpun dengan mereka. Karena
    tidaklah mungkin orang-orang beriman hatinya terhimpun dengan orangorang kafir dan orang-orang kafir juga tidak mungkin terhimpun dengan
    orang-orang beriman.
    Allah Swt. juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba ada yang lahir
    di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barang siapa yang sempurna
    ma’rifatnya dan baik tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai al-Jāmi’.
    Dikatakan bahwa al-Jāmi’ ialah orang yang tidak padam cahaya ma’rifatnya.
    Sumber: Kemdikbud
  • Al-‘Adl
    Al-‘Adl artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak
    dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. juga didasari
    dengan ilmu Allah Swt. yang MahaLuas. Sehingga tidak mungkin keputusanNya itu salah. Allah Swt. berfirman:
    Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’ān, sebagai kalimat
    yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimatNya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. alAn’ām/6:115).
    Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang
    adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan
    ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan
    orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga
    dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya.
    Allah Swt. dinamai al-‘Adl karena keadilan Allah Swt. adalah sempurna.
    Dengan demikian semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah Swt. sudah
    menunjukkan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak di antara kita yang
    tidak menyadari atau tidak mampu menangkap keadilan Allah Swt. terhadap
    apa yang menimpa makhluk-Nya. Karena itu, sebelum menilai sesuatu itu adil
    atau tidak, kita harus dapat memperhatikan dan mengetahui segala sesuatu
    yang berkaitan dengan kasus yang akan dinilai. Akal manusia tidak dapat
    menembus semua dimensi tersebut. Seringkali ketika manusia memandang
    sesuatu secara sepintas dinilainya buruk, jahat, atau tidak adil, tetapi jika
    dipandangnya secara luas dan menyeluruh, justru sebaliknya, merupakan
    suatu keindahan, kebaikan, atau keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat
    buruk, namun jika berada di tengah-tengah wajah seseorang dapat terlihat
    indah. Begitu juga memotong kaki seseorang (amputasi) terlihat kejam,
    namun ketika dikaitkan dengan penyakit yang mengharuskannya untuk
    dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan. Di situlah makna keadilan
    yang tidak gampang menilainya.
    Allah Swt. Mahaadil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang
    sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan,
    kekayaan, atau karena jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah
    Swt. hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan
    takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin tinggi pula posisinya, makin
    mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun sebaliknya.

    Sebagian dari keadilan-Nya, Dia
    hanya menghukum dan memberi
    sanksi kepada mereka yang
    terlibat langsung dalam perbuatan
    maksiat atau dosa. Istilah dosa
    turunan, hukum karma, dan lain
    semisalnya tidak dikenal dalam
    syari’at Islam. Semua manusia
    di hadapan Allah Swt. akan
    mempertanggungjawabkan dirinya
    sendiri.
    Lebih dari itu, keadilan Allah Swt.
    selalu disertai dengan sifat kasih
    sayang. Dia memberi pahala sejak
    seseorang berniat berbuat baik
    dan melipatgandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal
    perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung memberi catatan dosa selagi masih
    berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah
    benar-benar berlaku jahat.

  • Al-Ākhir
    Al-Ākhir artinya Yang Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun setelah
    Allah Swt. Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, Mahakekal
    dengan kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan
    yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di
    dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dengan ketentuan,
    kehendak, dan perintah-Nya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya:
    Artinya: “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang ¨ahir dan Yang Batin, dan Dia
    Maha Mengetahui segala sesuatu “. (Q.S. al-¦ad³d/57:3).
    Allah Swt. berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang
    tidak, namun kekekalan makhluk itu tidak secara zat dan tabi’at. Karena secara
    tabi’at dan zat, seluruh makhluk ciptaan Allah Swt. adalah fana (tidak kekal).
    Sifat kekal tidak dimiliki oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas
    kekal untuk beberapa masa sesuai dengan ketentuan-Nya.
    Orang yang mengesakan al-Ākhir akan menjadikan Allah Swt.
    sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainNya, tidak ada permintaan kepada selain-Nya, dan segala kesudahan
    tertuju hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, jadikanlah akhir kesudahan
    Sumber: httpwww.maitreyaduta.org20110610hukumtuhan-maha-adil

    kita hanya kepada-Nya. Karena
    sungguh akhir kesudahan hanya
    kepada Rabb kita, seluruh sebab
    dan tujuan jalan akan berujung ke
    haribaan-Nya semata.
    Orang yang mengesakan
    al-Ākhir akan selalu merasa
    membutuhkan Rabb-nya, ia akan
    selalu mendasarkan apa yang
    diperbuatnya kepada apa yang telah
    ditetapkan oleh Allah Swt. untuk
    hamba-Nya, karena ia mengetahui
    bahwa Allah Swt. adalah pemilik
    segala kehendak, hati, dan niat.

4 Comments

  1. Al-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil, Al-Matin, Al-Jami, Al-Adl dan Al-Akhir adalah nama-nama baik lagi indah milik Allah SWT. Nama-nama baik lagi indah ini dikenal juga dengan sebutan Asmaul Husna. Secara harfiah, asmaul husna artinya nama yang baik/indah.

  2. 1.Al karim=bersyukur atas pemberian Tuhan,tidak sombong
    2.Al mukmin=memohon ketenangan hati hanya kepada Allah
    3.Al wakil=menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah
    4.Al main=percaya dalam jiwa dan tidak merasa rendah dhadapan manusia lainya
    5.Al jam’l=berkumpul dengan orang orang yang beriman
    6.Al Adl=tidak berpihak kepada salah seorang yg berselisih
    7.Al Akhir=tujuan hidup hanya untuk Allah karna Allah makhluk paling kekal

  3. 1. Al Karim :senantiasa bekerja keras karena Allah yg maha pemurah
    2. Al Mukmin :selalu senatiasa bersabar dan bersikap tenang saat menghadapi masalah
    3, Al Wakil :senantiasa berserah diri kepada Allah
    4. Al Matin: senantiasa berpegang teguh terhadap kebenaran
    5. Al Jami’:
    6. Al Adl :harus bersikap adil kesemua orng
    7. Al Akhir: mempercayai bahwa Allah SWT adalah yg maha akhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button